Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (coklat) Sebagai Pakan Ternak Ruminansia
Oleh:
Zohdin
Abstrack
Kulit buah kakao
atau yang sering di sebut kulit buah coklat merupakan limbah perkebunan tanaman
kakao. Limbah ini di peroleh dari hasil pemisahan biji kakao. Saat ini limbah
kulit buah kakao masih di gunakan untuk pakan ternak. Produksi kakao di
Indonesia sekarang ini cukup meningkat karena seiring dengan program pemerintah
untuk meningkatkan pengembangan tanaman kakao. Selama lima tahun terakhir ini produksi
kakao terus meningkat sebesar 7,14% pertahun atau 49,200 ton pada tahun 2004.
Jika proporsi lmbah kulit kakao mencapai 74% dari produksi, maka limbah kulit
buah kakao mencapai 36408 ton per tahun, maka dari itu limbah kulit buah kakao
merupakan suatu potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan sebgai pakan
ternak. Dari data yang di peroleh Limbah kulit buah kako mengandung BK 88 %, PK
8 %, Sk 40 %, TDN 50,8 %. Seiring dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian
unuk memanfaatkan limbah kulit buah kakao ini sebagai pakan ternak. Dan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan limbah kulit buah kakao terhadap konsumsi ransum
dan pertumbuhan berat badan ternak.
Kata kunci : limbah kulit
kakao sebagai pakan ternak
Pendahuluan
Kakao yang
memiliki nama latin TheobromaCcacao L atau yang sering kita bisa sebut
dengan coklat merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis. Kakao
secara umum adalah tumbuhan yang menyerbuk silang dan memiliki inkubalitas
sendiri. Buah kakao berbentuk bulat hingga memanjang. Buah memiliki 5 daun buah
yang di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah, sewaktu mudah berwarna
hijau dan ungu. Apabila buah sudah masak kulitnya berwarna kuning.
Limbah kulit
buah kakao in memiliki peranan yang cukup penting dan cukup berpotensi dalam
penyediaan bahan pakan ntuk ternak ruminansia,apalagi pada saat musim kemarau.
Pada musim kemarau pertumbuhan rumput terhambat, sehinga ketersediaan bahan
pakan hijauan kurang dan kualitasnya rendah. Akibatnya timbul kekurangan hijaan
pakan, untuk mengingat ketersediaan hijauan yang terbatas, maka langkah yang
strategis yang data kita ambil adalah memanfaatkan limah kulit buah kakao ini
untuk pakan ternak.
Produksi kakao
di Indonesia sekarang ini cukup meningkat karena seiring dengan program
pemerintah untuk meningkatkan pengembangan tanaman kakao. Selama lima tahun
terakhir ini produksi kakao terus meningkat sebesar 7,14% pertahun atau 49,200
ton pada tahun 2004 (Suryana,2005). Jika proporsi lmbah kulit kakao mencapai
74% dari produksi, maka limbah kulit buah kakao mencapai 36408 ton per tahun,
maka dari itu limbah kulit buah kakao merupakan suatu potensi yang sangat besar
untuk dimanfaatkan sebgai pakan ternak.
Kulit buah kakao
memiliki kandungan gizi sebagai berikut : BK 88 %, PK 8 %, Sk 40 %, TDN 50,8 %.
Dan penggunaan oleh ternak ruminansia adalah 30-40 % (Sunanto,1995).
Selanjutnya di katakana bahwa pemberian kulit buah kakao secara langsung dapat
menurunkan berat badan ternak karena kandungan protein yang rendah dan kadar
lignin dan selolusanya yang tinggi. Oleh karena itu sebelum di kasihkan ke
ternak sebaiknya di fermentasi dulu untuk menurunkan kadar ligin yang sulit di
cerna oleh hewan dan untuk meningkatkan nilai nutrisi yan baik bagi ternak
dengan batasan kosentrasi dalam penggunaanya karena mengandung senyawa anti
nutrisi theobromin.
I.
Kandungan gizi
Dan kita ketahui
bahwa kulit buah kakao ini merupakan hasil sampingan dari pemprosesan biji
coklat dan merupakan limbah dari hsil panen yang cukup potensial untuk di
jadikan salah satu pakan alternative ternak ruminansia. Adapun kandungan gizi dari
kulit buah kakao yaitu sebagai berikut :
Table 1. Kandungan
zat gizi kulit buah kakao.
Komponen
|
1
|
2
|
3
|
Bahan
kering
|
84,00 - 90,00
|
91,33
|
90,40
|
Protein
kasar
|
6,00 - 10,00
|
6,00
|
6,00
|
Lemak
|
0,50 - 1,50
|
0,90
|
0,90
|
Serat
kasar
|
19,00 – 28,00
|
40,33
|
31,50
|
Abu
|
10,00 – 13,80
|
14,80
|
16,40
|
BETN
|
50,00 – 55,60
|
34,26
|
-
|
Kalsium
|
-
|
-
|
0,67
|
Pospor
|
-
|
-
|
0,10
|
Keterangan
:.1. Semit dan Adegbola (1982).2. Amirroenas (1990).3. Roesmanto (1991).
Kulit buah kakao
mengandung alkaloid theobromin (3,7-dimethylxantine) yang merupakan factor
pembatas dalam pemberian limbah kulit kakao sebagai pakan ternak. Table theobromin dapat di liat pada table berikut :
Tabel 2. Kandungan
theobromin pada bagian-bagian kakao
Bagian buah
Kakao
|
Kandungan theobromin (%)
|
Kulit Buah
|
0,17 – 0,20
|
Kulit Biji
|
1,80 – 2,10
|
Biji
|
1,90 – 2,0
|
Sumber : Wong dkk (1988)
Limbah kulit
buah kakao ini bisa di berikan pada ternak dalan keadaan segar atau dalam
keadaan tepung. Untuk pemberian pada sapi bisa di berikan dalam keadaan segar
dan kering yang di anginkan. Dan untuk pemberian pada ternak unggas sebaiknya
di berikan dalam keadaan tepung terlebih
dahulu. Rekomendasi pemberian limbah kulit buah kakao bisa di lihat pada table
berikut ini :
Table 3. Rekomendasi
pemberian limbah kulit buah kakao
Jenis Ternak
|
Jumlah
Konsumsi
|
Bentuk Pemberian
|
Sapi
|
3 kg/eor/hari
|
Segar
|
Sapi
|
20% tepung pada pakan tambahan
|
Tepung
|
Kambing
|
2-3 kg/ekor/hari
|
Segar
|
Ayam
|
22% tepung pada ransum ayam
|
Tepung
|
Kandungan lignin
yang tinngi ini menjadi masalah tersendiri dalam memilih kapang yang akan di
gunakan. Kapang yang bisa di gunakan yaitu kapang yang mampu menghasilkan enzim
ligniolitik yang mapu merombak an menghancurkan tekstur lignin (Delignifikasi) dinding
sel. Dilignifikasi dapat terjadi dengan merombak dan melarutkan yang terkandung
dalam kulit buah kakao. Ikatan ligninsilulosa dapat di putus oleh ligninase
seperti lignin proksidase (LiP), mangan proksidase (MnP) dan laccase ( Takano
et al.2004). enzim LiP dan MnP di hasilkan oleh organism salah satunya adalah P.chrysosporium.
Pada penelitian (Laconi 1998) mengatakan
bahwa fermentasi limbah kulitbuah kakao dengan P.chrysosporium dapat menurunkan kandungan lignin sebesar
18,36%. Dengan melihat kemampuan P.chrysosporium dalam menghasilkan
lignolitik dan selulotik.
Hasil
yang di uji coba pada kambing
Pada
percobaan yang di lakukan yaitu dilakukan pada ternak kambing untuk
mengetahui pertambahan berat badan kambing yang di berikan limbah kulit buah
kakao yang di lakukan di desa Ongko,kecamatan Campalagian,kabupaten polmas,
menunjukan bahwa pertambahan berat badan kambing mencapai rata-rata 0,239
kg/hari/ekor. Dan di desa Baruga Dua, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majane,
pertumbuhan berat badan kambing rata-rata menunjukan 0,184 kg/hari/ekor. Untuk
lebih jelasnya bisa di lihat table di bawah ini :
Tabel 4. Berat badan kambing yang berada
pada Desa Ongko, dan Desa Baruga Dua.
No
|
Uraian
|
Rata –rata
(kg/hr/ekor)
|
|
Desa Ongko
|
Desa Baruga
|
||
1.
|
Berat badan
ternak percobaan
|
|
|
|
·
Berat badan awal
|
12,875 kg
|
16,00 kg
|
|
·
Berat badan akhir
|
20,067 kg
|
21,53 kg
|
|
·
Petambahan berat badan
|
0.23 kg
|
0,184 kg
|
2.
|
Berat badan
ternak kontrol
|
|
|
|
·
Berat badan awal
|
12,325 kg
|
15,11 kg
|
|
·
Berat badan akhir
|
15,797 kg
|
18,117 kg
|
|
·
Pertambahan berat badan
|
0,112 kg
|
0,97 kg
|
Tidak hanya petambahan berat badan saja
yang terlihat pada ternak kambing yang di beri pakan limbah kulit buah kako
akan tetapi ternak kambing lebih kelihatan bulu halus, mata berbinar dan sehat.
Analisa
Dampak
Pada pemberian
limbah kulit buah kakao para peternak telah memberikan limbah kulit buah kakao
dalam bentuk segar dan bentuk tepung. Pmberian dalam bentuk segar lebih mudan dan mudah untuk di dapatkan. Akan tetapi pada
pemberian dalam bentuk segar ini bisa mengakibatkan ternak mengalami keracunan
karena kulit kakao yang masih segar mengandung racun yaitu alkaloid theabromin
dimethyantine yang merupakan faktor pembatas pada pemberian ternak karena bisa
menyebabkan keracunan pada ternak. Sehingga harus ada perlakuan kahusus sebelum
di onsumsi oleh ternak.
Hasil penelitian
(Baharrudin,2007), pada ternak kambing menunjukan pemberian kulit buah kakao
yang segar dan di keringkan dengan sinar matahari secara langsung atau tanpa di
fermentasi dulu mengakibatkan penurunan berat badan pada ternak, karena
rendahnya kandungan protein pada kulit buah kakao yang segar dan tingginya
kandungan lignin dan selulosanya. Oleh karena itu sebelum pemberian pada ternak
sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu untuk mengurangi tingginya kandungan
kadar lignin dan untuk meningkatkan nilai nutrisinya, akan tetapi tetap harus
di perhatikan batasan konsentrasi pemberianya karena adanya senyawa anti
nutrisi theobromin. Kulit buah kakao mengandung alkaloid theabromin (3,7
dimethylxantine) yang merupakan factor pembatas pada pemberian limbah kulit
kakao sebagai pakan ternak.
Smith dan
Adegbola (1982), menyatakan kandungan nutrisi pada kulit buah kakao yaitu : BK
84,00 – 90,00, PK 6,00 – 10,00, Lemak 0,50 – 1,50, SK 19,00 – 28,00, Abu 10,00
– 13,80, dan BETN 50,00 – 55,60,
Ratna (2004),
menyatakan bahwa limbah kulit buah kako cocok di manfaatkan sebagai pakan
tambahan protein ternak ruminansia pada pakan basal. Karena kandungan protein
kasar tinggi yaitu 14-22%, serat kasar relative rendah 13-26%, tetapi kandungan
lemaknya tinggi yaitu 3-9% yang kurang baik untuk proses pecernaan.
Sianipar (2007), menyatakan pada pengelolaan
limbah kulit buah kakao menjadi silase dapat meningkatan kecernaan dan kandunan
protein, dan penyimpananya juga dapat relative lama yaitu 2-3 bulan. Dan penggunaan
optimalnya sebesar 20% bahan kering dalam ransum atau sebesar 60% dalam pakan
penguat sebagai pakan kambing loal yang sedang tumbuh.
Kesimpulan
Limba kulit buah
kakao memiliki peranan yang cukup
penting dan cukup berpotensi dalam penyediaan bahan pakan untuk ternak, apalagi
pada saat musim kemarau. Karena Kulit buah kakao memiliki kandungan gizi
sebagai berikut : BK 88 %, PK 8 %, Sk 40 %, TDN 50,8 %. Akan tetapi pemberian
kulit buah kakao secara langsung dapat menurunkan berat badan ternak karena kandungan
protein yang rendah dan kadar lignin dan selolusanya yang tinggi. Oleh karena
itu sebelum di kasihkan ke ternak sebaiknya di fermentasi dulu untuk menurunkan
kadar ligin yang sulit di cerna oleh hewan dan untuk meningkatkan nilai nutrisi
yan baik bagi ternak dengan batasan kosentrasi dalam penggunaanya karena
mengandung senyawa anti nutrisi theobromin. Oleh karena itu untuk memanfaatkan
limbah kulit buah kakao agar menjadi paka ternak yang memiliki kandungan nilai
nutrisi yang tinggi perlu melalui proses fermentasi terlebih dahulu.
Daftar
Pustaka
1.
Anonim,
2001. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Kambing. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Lembar Informasi Pertanian (Liptan).
2.
Anonim. 2005. Kakao Plus Ternak, Dongkrak Pendapatan
Petani dalam. http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2005112901233833
diakses pada tanggakl 17 November 2008 pukul 20.31 WIB
3.
Anonim. 2006. Teknologi Pembuatan Pakan Ternak dari
Limbah Kulit Kakao . Dalam http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=244&Itemid=217
diakses pada tanggakl 17 November 2008 pukul 20.34 WIB
4.
Anonymus 2001 :
Pemanfaatan-limbah-kulit-buah-kakao-sebagai-pakan-kambing&catid=47:panduanpetunjuk-teknis-brosur-&Itemid=231
5.
Anonim. 2006. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao
Sebagai Pakan Kambing . Dalam. http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=229&Itemid=217
diakses pada tanggakl 17 November 2008 pukul 21.01 WIB
6. Priyanto, D., A. Priyanti
dan I. Inonu. 2004. Potensi
dan Peluang Pola Integrasi Ternak Kambing dan Perkebunan Kakao Rakyat
:
Pemda Lampung.
7. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao. 2004. Panduan
Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka :
Jakarta.
8. Anonymus 2010 : Pengguunaan-kulit-buah-kakao-sebagai-pakan-ternak/
9. Baharrudin , W. 2007.
Mengelola kulit Buah Kakao Menjadi Pakan Ternak. http://Disnaksulsel.info/
10. Haryati,T dan A.I. Sutiko.
1994. Peningkatan Kulit Buah Kakao melalui Bioproses dengan Beberapa Jenis
kapang. Jurnal Ilmu dan peternakan.
Sumber : http://livestock-livestock.blogspot.com/2012/06/pemanfaatan-limbah-kulit-buah-kakao.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar