MENGOLAH LIMBAH KULIT BUAH KAKAO
MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK
---------------------------------------------------
---------
Oleh Baharuddin Wawo
(Penyuluh Pertanian Madya)
PENDAHULUAN
Hambatan utama petani ternak khususnya dalam peningkatan populasi ternak yaitu
terbatasnya pakan. Perluasan areal untuk penanaman rumput sebagai
pakan ruminansia sangat sulit, karena alih fungsi lahan yang sangat tinggi. Mengingat
sempitnya lahanpenggembalaan, maka usaha pemanfaatan sisa hasil (limbah) pertanian untuk pakan perlu dipadukan dengan bahan lain yang sampai saat ini belum biasa digunakan sebagai pakan.
Limbah tanaman pangan dan perkebunan memiliki peran yang cukup penting dan
berpotensi dalam penyediaan pakan hijauan bagi ternak ruminansia seperti sapi, kambing,
domba dan kerbau terutama pada musim kemarau. Pada musim kemarau hijauan rumput
terganggu pertumbuhannya, sehingga pakan hijauan yang tersedia kurangbaik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Bahkan di daerah-daerah tertentu rumput pakan ternak akan
kering dan mati sehingga menimbulkan krisis pakan hijauan. Selain itu, sistem pemeliharaan ternak ruminansia sebagian besar masih tergantung pada hijauan paka
n berupa rumput-rumputan dan pakan hijauan lainnya dengan sedikit atau tidak ada pakan tambahan.
Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan hijauan, diharapkan peternak bisa
memanfaatkan limbah pertanian yang cukup banyak tersedia disekitarn
ya antara lain kulit buah kakao, pucuk tebu, jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai dan jerami kacang tanah melalui perlakuan tertentu.
Kulit buah kakao, memiliki peran yang cukup penting dan berpotensi dalam penyediaan
pakan ternak ruminansia khususnya kambing terutama pada musim kemarau. Pemanfaatan
kulit buah kakao sebagai pakan ternak dapat diberikan dalam bentuk segar maupun dalam
bentuk tepung setelah diolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit buah kakao segar
yang dikeringkan dengan sinar matahari kemudian digiling selanjutnya dapat digunakan
sebagai bahan pakan ternak.
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO
Kulit buah kakao (shel fod husk) adalah merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman kakao
(Theobroma cacao L.)
Buah coklat yang terdiri dari 74 % kulit
buah, 2 % plasenta dan 24 % biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22 % protein dan
3-9 % lemak (Nasrullah dan A. Ella, 1993). Pakar lain menyatakan kulit buah kakao
kandungan gizinya terdiri dari bahan kering (BK) 88 % protein kasar (PK) 8 %, serat kasar
(SK) 40,1 % dan TDN 50,8 % dan penggunaannya oleh ternak ruminansia 30-40 %
dilaporkan oleh Anonimus (2001). Dari hasil penelitian yang dilakukan pada ternak domba,
bahwa penggunaan kulit buah kakao dapat digunakan sebagai substitusi suplemen sebanyak
15 % atau 5 % dari ransum. Sebaiknya sebelum digunakan sebagai pakan ternak, limbah kulit
buah kakao perlu difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit
dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6-8 % menjadi 12-15%.
Pemberian kulit buah kakao yang telah diproses pada ternak sapi dapat meningkatkan berat
badan sapi sebesar 0,9 kg/ hari.
PROSES PENGOLAHAN DENGAN FERMENTASI
Melalui proses fermentasi, nilai gizi limbah kulit buah kakao dapat ditingkatkan,
sehingga layak untuk pakan penguat kambing maupun sapi, bahkan untuk ransum babi da n ayam. Salah satu fermentor yang cocok untuk limbah kulit buah kakao adalah Aspergillus niger
. Manfaat fermentasi dengan teknologi ini antara lain :
- Meningkatkan kandungan protein
- Menurunkan kandungan serat kasar
- Menurunkan kandungan tanin (zat penghambat pencernaan)
Skema Proses Pengolahan Limbah Kulit Buah Kakao dengan Fermentasi
Dicingcang
Dibasahi larutan
Aspergillus
Ditutup dengan goni/ plastik
Dikeringkan 2-3 hari
Digiling
PROSES PENGOLAHAN LIMBAH KULIT BUAH KAKAO TANPA FERMENTASI
Kumpulkan limbah kulit buah kakao dari hasil panen lalu dicingcang. Kemudian
dijemur pada sinar matahari sampai kering yang ditandai dengan cara mudah dipatahkan atau
mudah hancur kalau diremas. Setelah kering ditumbuk dengan menggunakan lesung atau alat
penumbuk lainnya, kemudian dilakukan pengayakan. Untuk meningkatkan mutu pakan
ternak, maka tepung kulit buah kakao dapat dicampur dengan bekatul dan jagung giling
masing-masing 15 %, 35 % dan 30 %. Ini artinya bahwa ransum tersebut terdiri atas 15 %
tepung kulit buah kakao, 35 % bekatul dan 30 % jagung giling.
LIMBAH
Limbah Tercingcang
Limbah Terfermentasi
Limbah Kering
Tepung Limbah
Skema Pengolahan Limbah Kulit Buah Kakao Tanpa Fermentasi sebagai berikut :
Panas matahari
Dedak/ Bekatul, Jagung dll
PENGGUNAAN
1. Pada awal pemberian, biasanya ternak tidak langsung mau memaka
nnya. Karena itu berikanlah pada saat ternak lapar dan bila perlu ditambah sedikit ga
ram atau gula untuk merangsang nafsu makan.
2. Tepung limbah hasil fermentasi bisa langsung diberikan kepada ternak,
atau disimpan. Penyimpanan harus dengan wadah yang bersih dan kering.
3. Untuk ternak ruminansia (sapi, kambing) limbah kakao olahan bisa dijadikan pakan
penguat, untuk mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produksi susu. Bisa diberikan sebagai pengganti dedak, yakni sebanyak 0,7-1,0 % dari berat hidup ternak.
4. Pada ayam buras petelur pemberian limbah kakao sebagai pengganti de
dak hingga 36 % dari total ransum dapat meningkatkan produksi telur.
Kulit Buah Kakao
Dikeringkan/ Dijemur
Ditumbuk
Diayak
Pencampuran
Pakan Ternak
5. Pada ternak kambing menunjukkan bahwa ternak nampak sehat, warna bulu
mengkilat dan pertambahan berat badan ternak dapat mencapai antara 50-150 gram per ekor per hari.
6. Untuk babi dapat juga diberikan sebagai pengganti dedak padi dalam ransum sekitar 35-40 %.
Sumber Bacaan
1. Anonim, 2001. Sosialisasi dan Diseminasi Teknologi Pengkajian Ternak dengan
Pemanfaatan Limbah Kakao. Instalasi Pengkajian Penerapan Teknologi
Pertanian
(IPPTP). Makassar.
2. Anonim, 2001. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Kambing. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Lembar Informas
i Pertanian
(Liptan).
3. Hasnah Juddawi, Albertus Sudiro dan Amirullah, (tanpa tahun). Pemanfaatan Kulit
Buah Kakao Sebagai Pakan Ternak. Naskah Siaran Pedesaan. Instalasi Pengkajian
Penerapan Teknologi Pertanian (IPPTP). Makassar.
4. Nasrullah dan A. Ella, 1993. Limbah Pertanian dan Prospeknya Sebagai Sumber
Pakan Ternak di Sulawesi Selatan. Makalah. Ujung Pandang
5.Anonim, (tanpa tahun). Pemanfaatan Limbah dalam Integrasi Perkebunan – Ternak.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali dan Bappeda
Propinsi Bali.
Leaflet.
Sumber : http://disnaksulsel.info/index.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar