Buah-buahan ini sampai sekarang masih mudah untuk ditemukan terutama
duku baik di supermarket maupun pasar tradisional. Kulit buah yang
berwarna kuning kecoklatan ini sering dipakai untuk menggambarkan warna
kulit seorang dara cantik berkulit kuning langsat, yang sedikit berbeda
dengan kulit Sawo yang sering dipakai untuk menggambarkan warna kulit
rata-rata orang Indonesia yakni sawo matang.
Buah duku yang
mempunyai rasa manis dan mudah untuk dimakan menjadikannya sampai
sekarang masih banyak digemari oleh masyarakat. Sebetulnya Duku adalah
nama umum dari sejenis buah-buahan anggota suku Meliaceae.
Tanaman yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini dikenal pula
dengan nama-nama yang lain seperti langsat,, kokosan, pisitan, celoring
dan lain-lain dengan pelbagai variasinya. Nama-nama yang beraneka ragam
ini sekaligus menunjukkan adanya aneka kultivar yang tercermin dari
bentuk buah dan pohon yang berbeda-beda.
Duku, Langsep dan
Kokosan ketiga-tiganya sepintas mirip dari tampilan bentuk buahnya dan
kebanyakan orang menyebutnua buah Duku, namun sebenarnya Duku berbeda
dengan Langsep maupun Kokosan. Begitu pula Langsep dan Kokosan juga
berbeda satu sama lainnya. Langsep dan Kokosan juga tidak dijual di
supermarket, namun di pasar-pasar tradisional masih dapat dijumpai
walaupun jumlahnya tidak sebanyak buah Duku.
Duku amat
bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya; sehingga ada pula ahli
yang memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang berlainan.
Pada garis besarnya, ada dua kelompok besar buah ini, yakni yang dikenal
sebagai duku, dan yang dinamakan langsat. Kemudian ada kelompok
campuran antara keduanya yang disebut duku-langsat, serta kelompok
terakhir yang di Indonesia dikenal sebagai kokosan.
Sebagai
tanaman bertajuk menengah, duku tumbuh baik dalam kebun-kebun campuran
(wanatani). Tanaman ini, terutama varietas duku, menyukai tempat-tempat
yang ternaung dan lembap. Di daerah-daerah produksinya, duku biasa
ditanam bercampur dengan durian, petai, jengkol, serta aneka tanaman
buah dan kayu-kayuan lainnya, meski umumnya duku yang mendominasi.
Duku
biasa ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl., di
wilayah dengan curah hujan antara 1.500-2.500 mm per tahun. Tanaman ini
dapat tumbuh dan berbuah baik pada berbagai jenis tanah, terutama tipe
tanah latosol, podsolik kuning, dan aluvial. Duku menyenangi tanah
bertekstur sedang dan berdrainase baik, kaya bahan organik dan sedikit
asam, namun dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Sementara itu
varietas langsat lebih tahan terhadap perubahan musim, dan dapat
menenggang musim kemarau asalkan cukup ternaungi dan mendapatkan air.
Duku tidak tahan penggenangan.
Duku umumnya berbuah sekali dalam
setahun, sehingga dikenal adanya musim buah duku. Musim ini dapat
berlainan antar daerah, namun umumnya terjadi di sekitar awal musim
hujan.
Ciri-Ciri Umum
Pohon
yang berukuran sedang, dengan tinggi mencapai 30 m dan gemang hingga 75
cm. Batang biasanya beralur-alur dalam tak teratur, dengan banir (akar
papan) yang pipih menonjol di atas tanah. Pepagan (kulit kayu) berwarna
kelabu berbintik-bintik gelap dan jingga, mengandung getah kental
berwarna susu yang lengket (resin).
Daun majemuk menyirip ganjil,
gundul atau berbulu halus, dengan 6–9 anak daun yang tersusun berseling,
anak daun jorong (eliptis) sampai lonjong, 9-21 cm × 5-10 cm, mengkilap
di sisi atas, seperti jangat, dengan pangkal runcing dan ujung meluncip
(meruncing) pendek, anak daun bertangkai 5–12 mm.
Bunga
terletak dalam tandan yang muncul pada batang atau cabang yang besar,
menggantung, sendiri atau dalam berkas 2–5 tandan atau lebih, kerap
bercabang pada pangkalnya, 10–30 cm panjangnya, berambut. Bunga-bunga
berukuran kecil, duduk atau bertangkai pendek, menyendiri, berkelamin
dua. Kelopak berbentuk cawan bercuping-5, berdaging, kuning kehijauan.
Mahkota bundar telur, tegak, berdaging, 2-3 mm × 4-5 mm, putih hingga
kuning pucat. Benang sari satu berkas, tabungnya mencapai 2 mm,
kepala-kepala sari dalam satu lingkaran. Putiknya tebal dan pendek.
Buah
buni yang berbentuk jorong, bulat atau bulat memanjang, 2-4(-7) cm ×
1,5-5 cm, dengan bulu halus kekuning-kuningan dan daun kelopak yang
tidak rontok. Kulit (dinding) buah tipis hingga tebal (kira-kira 6 mm).
Berbiji 1–3, pipih, hijau, berasa pahit; biji terbungkus oleh salut biji
(arilus) yang putih bening dan tebal, berair, manis hingga masam.
Kultivar-kultivar yang unggul memiliki biji yang kecil atau tidak
berkembang (rudimenter), namun arilusnya tumbuh baik dan tebal, manis.
Perbanyakan
yang dilakukan menggunakan biji mengakibatkan lambannya tanaman dalam
menghasilkan buah. Tanaman baru berbunga pada umur 10 sampai 15 tahun.
Perkecambahan tumbuhan ini memiliki perilaku poliembrioni (satu biji
menghasilkan banyakembrio atau semai): satu embrio hasil pembuahan, dan
sisanya embrio apomiktik, Embrio apomiktik berkembang dari jaringan
pohon induk sehingga keturunannya memiliki karakter yang serupa dengan
induknya. Biji bersifat rekalsitran, penyimpanan lebih daripada tujuh
hari akan menyebabkan kemunduran daya kecambah yang cepat.
Perbanyakan
vegetatif dilakukan dengan pencangkokan dan sambung pucuk, bahkan ada
beberapa petani yang telah mencoba pohon Kokosan maupun Langsep
disambung pucuk dengan pucuk pohon Duku yang sudah siap buah.
DUKU
Kelompok yang dikenal sebagai duku (Lansium domesticum var. duku)
umumnya memiliki pohon yang bertajuk besar, padat oleh dedaunan yang
berwarna hijau cerah, dengan tandan yang relatif pendek dan berisi
sedikit buah. Butiran buahnya besar, cenderung bulat, berkulit agak
tebal namun cenderung tidak bergetah bila masak, umumnya berbiji kecil
dan berdaging tebal, manis atau masam, dan berbau harum.
Ada
beberapa varietas duku. Mulai dari duku "palembang" yang berkulit tebal
serta berwarna agak "kemerahan" sampai duku condet yang berkulit tipis
dan berwarna agak kehijauan. Langsat yang berkulit sangat tipis,
berwarna kuning keputih-putihan serta bergetah itu pun merupakan salah
satu varietas dari duku. Pertumbuhan pohon duku sangat lamban. Dalam
kondisi yang sangat optimal, umur 10 sd. 15 tahun baru akan mulai
berbuah. Dalam kondisi yang kurang bergitu menguntungkan, pada umur-umur
tersebut, tanaman baru akan mencapai ketinggian antara 3 sd. 5 m. dan
belum berbuah.
Para petani Thailand, memiliki resep sederhana
untuk memupuk tanaman duku mereka. Kalau diameter batang 30 cm, maka
dosis pupuknya 3 kg. NPK 19-19-19. (Nitrogen, Phospat dan Kalium
masing-masing 19%). Kalau diameter tanaman 50 cm, maka pupuknya 5 kg NPK
19-19-19. Demikian seterusnya, pada tiap peningkatan diameter batang 10
cm, dosis pupuknya ditambah 1 kg. Atau tiap peningkatan diameter batang
1 cm. dosisnya tambah 0,1 kg.
LANGSEP
Buah
yang bentuknya kecil-kecil agak lonjong mirip buah kemiri yang rasanya
manis sedikit masam ini banyak digemari masyarakat. Buah Langsep jaman
dahulu yang terkenal dari Singosari Malang Jawa Timur, namun sebetulnya
sekarang di Singosari sendiri sudah tidak dapat ditemui pohon Langsep.
Langsep-langsep yang beredar di pasar sebetulnya berasal dari daerah
sekitar Singosar. Hal seperti ini juga terjadi dengan Duku Palembang yag
sebetulnya berasal dari daerah OKU/OKI maupun daerah-daerah di luar
Sumatera Selatan seperti Jambi maupun Lampung.
Langsep atau Langsat (L. domesticum var. domesticum)
kebanyakan memiliki pohon yang lebih kurus, berdaun kurang lebat yang
berwarna hijau tua, dengan percabangan tegak. Tandan buahnya panjang,
padat berisi 15–25 butir buah yang berbentuk bulat telur dan
besar-besar. Buah langsat berkulit tipis dan selalu bergetah (putih)
sekalipun telah masak. Daging buahnya banyak berair, rasanya masam manis
dan menyegarkan. Tidak seperti duku, langsat bukanlah buah yang bisa
bertahan lama setelah dipetik. Dalam tiga hari setelah dipetik, kulit
langsat akan menghitam sekalipun itu tidak merusak rasa manisnya. Hanya
saja tampilannya menjadi tidak menarik. Mengingat daya tahan buahnya
yang tak seperti duku, langsat umumnya dikenal secara lebih terbatas dan
lokal. Beberapa kultivar yang populer, di antaranya adalah langsep
singosari dari Malang, langsat tanjung dari Kalsel, langsat punggur dari
Kalbar, dan sebagainya. Dari Thailand dikenal langsat uttaradit, dan
dari Luzon, Filipina, dikenal langsat paete.
KOKOSAN
Kokosan (L. domesticum var. aquaeum)
dibedakan oleh daunnya yang berbulu, tandannya yang penuh butir buah
yang berjejalan sangat rapat, dan kulit buahnya yang berwarna kuning
tua. Butir-butir buahnya umumnya kecil, berkulit tipis dan sedikit
bergetah, namun sukar dikupas. Sehingga buah dimakan dengan cara digigit
dan disedot cairan dan bijinya (maka disebut kokosan), atau dipijit
agar kulitnya pecah dan keluar bijinya (maka dinamai pisitan, pijetan,
bijitan).
Bentuk pohonnya hampir sama dengan pohon duku; namun
bentuk daunnya lebih lanset, bulu daun lebih lebat dan kasar; malai
bunga lebih panjang; buahnya lebih kecil. Kadang daging buahnya berwarna
kuning kemerah-merahan dengan biji relatif besar dan berdaging tipis,
dan berair. Kokosan umumnya berasa masam sampai masam sekali. Buah
Kokosan ini biasanya dijual berikut tangkainya, karena buah yang matang
masih kuat menempel di tangkai buah. Kalau makan kokosan hati-hati
jangan sampai bijinya tergigit. Biji kokosan rasanya pahit.
Sumber : http://www.bekamsteriljakarta.com/2012/03/duku-langsep-dan-kokosan-foto-binatang.html#close
Tidak ada komentar:
Posting Komentar