Tumbuhan
nigella sativa termasuk dalam tumbuhan kala. Nama-nama lain tumbuhan
ini adalah habbatus sauda’/habbatussauda, kurowiyatus sauda’, black
cumin, syuniz, kala jaji kalduroh, jiroka, kaz, dan karazna.
Habbatus sauda banyak digunakan di negara-negara Timur Tengah dan Timur
Jauh- sebagai pengobatan alami sejak lebih dari dua tahun lalu-. Pada
tahun 1959, telah berhasil diproduksi eks-trak berupa minyak habbatus
sauda’ yang pertama kali oleh Dachoni dan kawan-kawannya.
Biji habbatus sauda mengandung 40% minyak taksiri dan 1,4% minyak
asiri, lima belas jenis asam amino, protein, kalsium, besi, sodium,
potasium. Kandungan aktifnya yang paling penting adalah thymoquinone
[TQ], dithymouinone [DTQ], thymohydroquimone [THQ], dan thymol [THY].
Peran habbatus sauda dalam sistem kekebalan alami belum diketahui secara
jelas sampai tahun 1986 M, kecuali melalui beberapa riset yang
dilakukan oleh Dr. Alqodi dan kawan-kawannya di Amerika Serikat. Setelah
itu, berturut-turut diadakan beberapa riset di berbagai negara dalam
berbagai aspek menyangkut tumbuhan ini. Namun, yang paling penting dari
riset-riset tersebut ada-lah pengaruh habbatus sauda terhadap sistem
kekebalan. Insyaa’ Allah, beliau [penulis] akan memaparkan riset-riset
tersebut melalui tulisan Dr. Ahmad Alqodi, kemidian beberapa tulisan
aplikatif yang ditulis sesudah itu dan menguatkan hasil-hasil risetnya.
Dr. Ahmad Alqodi dan kawan-kawannya di Amerika Serikat telah melakukan
riset tentang pengaruh habbatus sauda’ terhadap sistem kekebalan tubuh
manusia. Riset tersebut dilakukan melalui dua penelitian. Penelitian
pertama menghasilkan beberapa kesimpulan berikut ini:
- Riset pertama, pertambahan sel-sel limfosit Th [sel T pembantu] dibandingkan dengan sel-sel limfosit Ts [sel T penghancur] dengan perbandingan 55 %, pertambahan proporsional aktivitas sel-sel pembunuh [killer cells] alami dengan perbandingan 30 %.
Kajian
tersebut diulang sekali lagi oleh kelompok sukarelawan kedua, hal itu
dikarenakan para sukarelawan dalam riset pertama terperangkap dalam
tekanan yang mempengaruhi [tekanan individual maupun ekonomi], serta
tekanan-tekanan yang terkait dengan pekerjaan selama masa riset, karena
faktor tekanan tersebut sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan.
- Riset kedua dilakukan terhadap delepan belas sukarelawan yang memiliki indikasi kesehatan prima. Para sukarelawan dibagi menjadi dua kelompok, yakni satu kelompok mengkonsumsi habbatus sauda’ dengan takaran 1 gram, dua kali dalam sehari, sedangkan satu kelompok pembanding mengkonsumsi activated carbon sebagai pengganti dari habbatus sauda’ tersebut selama empet pekan. Bubuk biji habbatus sauda’ di masukkan ke dalam kapsul-kapsul yang sama persis dengan bubuk carbon.
Melalui
riset ini, diperoleh kesimpulan bahwa habbatus sauda berpengaruh
menguatkan fungsi-fungsi kekebalan; di mana kadar sel limfosit Th
bertambah dibanding sel limfosit Ts dengan perbandingan rata-rata 72 %,
dan terjadi perbaikan aktivitas sel pembunuh alami dengan perbandingan
rata-rata 74 %.
Adapun
pada kelompok penbanding, yaitu yang tidak memakai habbatus sauda,
hanya terjadi pengurangan 7 % sel limfosit Th dibandingkan dengan sel
limfosit Ts, terjadi perbaik-an 42 % aktivitas sel pembunuh alami. Di
simpulkan bahwa hal ini disebabkan oleh kemam-puan nutrisi alami untuk
menciptakan pengaruh dalam menguatkan kekebalan setelah car-bon menyerap
partikel-partikel kimiawi yang beracun dalam makanan yang dicerna dan
minuman.
- Berbagai hasil riset modern juga menguatkan hasil-hasil riset yang dilakukan oleh Alqodi, di antaranya
- Majalah Mana’ah Dawa’iyah, edisi Agustus 1995 M – M [10] Mempublikasikan hasil riset tentang pengaruh habbatus sauda terhadap sel-sel limfoid [limfosit] penghancur sel-sel kanker manusia di luar jaringan tubuh, dan terhadap proses pemakanan sel [fagositosis] sel-sel darah putih berinti banyak.
Riset
tersebut menguatkan pengaruh dan rangsangan yang ditimbulkan oleh
ekstrak habbatus sauda terhadap reaksi sel-sel limphoid spesifik
terhadap sel-sel kanker. Riset tersebut juga menguatkan bahwa ekstrak
habbatus sauda’ menambah produksi bebera-pa sarana kekebalan interleukin
dari sel-sel limphoid manusia, ketika sel-sel tersebut ditanam da dalam
sel-sel kanker seperti di muka, tanpa ditambahkannya
pengaktif-pengaktif lainnya.
Riset
tersebut juga membuktikan bahwa habbatus sauda’ meningkatkan
pengeluaran interleukin tipe 1-beta, yang berarti ia berpengaruh
mengaktifkan sel-sel pemakan.
- Majalah Mana’ah Dawa’iyyah juga mempublikasikan pada edisi 2000 M – M [11] sebuah penelitian tentang pengaruh kuratif minyak habbatus sauda’ terhadap infeksi cytomegalovirus [CMV] di dalam tubuh tikus, di mana minyak habbatus sauda’ diujicoba-kan sebagai antivirus, kemudian kekebalan yang diperoleh diukur segera setelah terjadinya infeksi virus, dengan cara mengidentifikasi sel-sel pembunuh alami dan sel-sel makrofaga dan proses fagositosis. Setelah tikus-tikus percobaan diberi minyak habbatus sauda’, didapati proses penghambatan yang nyata terhadap rata-rata pertumbuhan virus di dalam hati dan limpa hingga tiga hari setelah infeksi. Sebaliknya, rata-rata anti-bodi meningkat di dalam plasma darah, padahal jumlah maupun aktifitas sel-sel pembu-nuh alami menurun pada hari ketiga setelah infeksi, hanya saja terjadi peningkatan jumlah sel T pembantu [Th]. Pada hari kesepuluh setelah infeksi, tidak bisa lagi di identi-fikasi sama sekali berapa kadar keberadaan virus di dalam hati dan limpa, semantara virus tersebut didapati dengan jelas di kelompok pembanding.
- Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa minyak habbatus sauda memiliki karakteristik anti cytomegalovirus, diukur melalui peningkatan fungsi dan jumlah sel Th + cd 4 dan bertambahnya makrofaga, keaktipan proses fagositosis, serta bertambahnya produksi interferon tipe gama dalam plasma darah.
- Majalah Kanker Eropa dalam edisi Oktober 1999 M – M [12] mempublikasikan sebuah artikel tentang pengaruh-pengaruh formula thymosinon terhadap kanker lambung pada tikus. Artikel tersebut membuktikan bahwa minyak-minyak asiri dalam biji habbatus sau-da’ dianggap sebagai faktor kimiawi yang kuat dan kuratif terhadap kanker lambung. Penyebabnya diduga adalah karena minyak-minyak tersebut berpengaruh melawan oksidasi dan infeksi.
- Majalah Riset Anti Kanker edisi Mei 1998 M – M [12] telah mempublikasikan sebuah artikel tentang ekstrak habbatus sauda’ sebagai anti kanker. Riset membuktikan bahwa unsur thymoquinone berpengaruh menghancurkan berbagai jenis sel kanker manusia.
- Majalah Athno Medicine juga mempublikasikan pada edisi April 2000 M – M [14] sebu-ah praktis lainnya tentang pengaruh-pengaruh racun dan kekebalan pada ekstrak etha-nol pada biji habbatus sauda’. Terbukti bahwa ia memiliki pengaruh racun yang kuat terhadap sebagian sel kanker serta pengaruh dan daya rangsang yang kuat terhadap ke-kebalan seluler.
- Majalah Athno Medicine dalam edisi November 1999 M – M [15] mempublikasikan satu artikel tentang pengaruh thymocinon terhadap Sindroma Fanconi dan aktivitas sel-sel kanker dalam tikus. Riset membuktikan bahwa struktur yang ada dalam habbatus sauda’ mengandung akticitas yang nyata sebagai anti tumor.
- Majalah Tanaman Obat edisi Februari 1995 M – M [16] mempublikasikan sebuah artikel tentang pengaruh minyak habbatus sauda’ takasiri dan unsur thymocinon terhadap butiran-butiran darah putih dan oksidasi permukaan lemak di berbagai selaput dalam. Terbukti dari riset yang diadakan bahwa penggunaan habbatus sauda’ dan produk hab-batus sauda’ yang populer itu tepat untuk mengobati rheumatisme dan berbagai infeksi terkait.
Terbukti
pula bahwa formula nigellon memiliki pengaruh sedang dan pelan terhadap
dikeluarkannya histamin dari sel-sel plasma dalam sebuah penelitian
yang dipublikasikan oleh majalah Alergi, edisi Maret 1999 M – M [17].
- Majalah Kanker edisi 1992 M – M [18] mempublikasikan sebuah riset tentang karakteris-tik anti kanker pada biji habbatus sauda’. Telah dilakukan penelitian terhadap sel-sel cancroid penyebab hydrocephalus Ehrlich ascites carcinoma [EAC], Dalton’s Limphonia Ascites [DLA] Cless an s-180 asrcoma 180.
- Pertumbuhan kanker ini berhenti sama sekali di dalam tubuh binatang-binatang perco-baan dengan disebabkan oleh zat-zat aktif yang ada di dalam biji habbatus sauda’, dan sangat diyakini bahwa tingkat pengaruh tersebut mencapai DNA [Deoksiri –bonukleat].
- Majalah Athno Medicine edisi Februai 2002 M – M [19] mempublikasikan sebuah peneli-tian tentang pengaruh minyak habbatus sauda’ terhada cirrhosis yang terjadi akibat bil-harziasis usus di dalam tikus. Penelitian tersebut menguatkan bahwa minyak tersebut memiliki pengaruh anti penghancuran sel-sel hati sebagai akibat infeksi cacing bilharzia; enzim-enzim hati mengalami perbaikan secara mencolok, bisul infeksi dengan telur caci-ng mengempis, yang berarti bisa jadi minyak habbatus sauda’ memiliki peran penekan terhadap berbagai perubahan yang ditimbulkan oleh infeksi cacing filaria usus. Para peneliti menyebutkan bahwa perbaikan ini secara parsial bisa diduga disebabkan oleh terjadinya perbaikan sistem kekebalan dan pengaruh antioksidan yang terkandung di dalam minyak ini.
- Majalah Athno Medicine edisi September 1991 M – M [19] mempublikasikan sebuah penelitian tentang pengaruh anti-mikroba yang terkandung dalam biji habbatus sauda’. Dari penelitia itu diperoleh kesimpulan bahwa habbatus sauda berpengaruh dalam menghambat perkembangan bakteri-bakteri gram positif, seperti bakteri Staphylococcus , di mana jenisnya yang paling berbahaya dibunuh di bawah kulit ketika diobati dengan diinjeksi ekstrak habbatus sauda’. Ia juga berpengaruh langsung terhadap sejumlah bak-teri gram negatif atau meningkatkan khasiat beberapa jenis antibiotik.
- Ada beberapa penelitian yang mendukung adanya pengaruh anti bakteri di dalam ekst-rak habbatus sauda’, khususnya bakteri-bakteri gram positif.
- Masih banyak penelitian lain yang dipublikasikan dalam majalah-majalah lain, bisa untuk ditulis dalam sebuah buku tersendiri, dengan izin Allah.sumber : http://www.ufukislam.com/2012/01/hasil-penelitian-ilmiah-habbatussauda.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar